Aku mengambil tempat satu sekat kursi dari tempat ia duduk. Bokep Cina “Buka bajumu,” ucapnya sambil tersenyum. Lalu aku terbang ke alam fantasi. “Suasana yang tak menyenangkan, kurasa,” ucapnya. Tak berapa lama kemudian, alunan instrumental Oriega mengalun. Tuduhan semacam itu tidak kusukai. Itu yang kurasakan saat menatap wajahnya. “Ada apa?” tanyaku. Kurasakan jemarinya menyisiri rambutku. Aku tak perduli. “Tunggu,” ia berbisik, menjauhkan dirinya dariku. Asal jangan tiga kali menginjak kakiku.”
“Mungkin lebih.”
“Ayolah. Akhirnya aku menawarkan untuk mengantarnya pulang. Kalau tidak kita sudahi saja.”
Kutatap ia dengan wajah berkerut. Tapi kerutan di alisnya menghilang, saat lengannya terulur ke arahku. Matanya menatapku. “Dingin kalau bisa.”
Saat aku kembali dengan dua gelas air dingin, kulihat ia sudah membuat dirinya nyaman di ujung sofa L.
