”, bertanya mbak Intan. Bokep SMA ” Ia tersenyum, “Ya telah, pijitin saja” Saya memijiti pundaknya, punggungnya, dengan pijatan yang halus, sesekali saya meraba ke bahunya.Ia menggunakan tshirt ketat. “Siapa? Lantas kami bertegur sapa. “Ohh….wan…enak wan…”, katanya.“Ohhh…mbak…Mbak Intan…ahhh…”, kataku. Lalu kami pergi belanja. Hari-hari berlalu. Ia buka kadonya dan mengambil isinya. Mbak Intan merenung di sofa. Lama kami terdiam.“Kamu banyak diam ya”, tuturnya.“Eh.. Mbak rela punya anak darimu wan”, katanya.Aku tak menyia-nyiakannya. Ia jatuh ke sofa, aku lalu mengikutinya. Kulumat, kujilat, kuhisap. Aku terus bilang ke mbak Intan bahwa aku cinta dia. Dadanya mbak Intan besar juga.Tercium bau harum parfumnya. Lalu kami pergi belanja. Kami mirip sepasang suami istri, mbak Intan rasanya nggak menolak ketika tangannya aku gandeng.Mungkin karena barang bawaannya banyak.Di mobil pun kami diam.




















