Dia memaksaku melayani nafsu setannya hingga puas. Kami chatting hampir setiap malam dan membahas segala hal; termasuk soal seks. Bokep Cina “Lemesin aja…”“…biar gampang masuknya?” sambungku. Aku tak pernah menghitung diriku sedang berada dalam masa subur atau tidak. Denting 3 lonceng kecil berbunyi saat pintu terbuka seolah meresmikan penyerahan diriku. Bukan cuma aku yang tahu, seluruh staf rumah sakit ini pun sepertinya tahu karena dia begitu gigih mendapatkan hatiku. Cantik, lucu, baik, pinter. Tawanya terdengar renyah dan puas.“Kenapa ketawa?” tanyaku ketus.“Jangan kaku gitu ah,” dia memberi saran. Yuk aku bantu cariin.”“Kamu baik banget ya orangnya. Aaahh..”Dia seperti kesetanan. Aku bahkan sampai bisa melihat pantulan wajahku di bagian hitam bola matanya.“Kamu persis banget seperti bayanganku selama ini,” katanya sambil meletakkan tangan kanannya di atas tangan kiriku yang menelungkup di meja.Mendengar kalimat itu, aku jadi teringat soal cerita dia yang sering membayangkanku sebagai partner seksnya.
